PENTINGNYA PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
PADA ERA SEKARANG
Oleh: Sujianto, S.Pd
Guru Matematika SMAN 1 Kepanjen
CGP Angkatan 2 Kab. Malang
A. Latar Belakang
Dalam
Tujuan Pendidikan nasional perubahan perilaku siswa merupakan tujuan akhir yang
harus diwujudkan. Terkait perubahan
perilaku ini perlu adanya pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan tegas
serta adanya kontrol keberhasilannya. Guru sebagai pelaku utama tentunya
mempunyai peranan yang besar dalam pelaksanaannya. Secara tidak langsung
berarti seorang guru harus mempunyai kompetensi dan kemampuan yang baik dalam
mengelola kelasnya. Sebagai obyek belajar siswa diharapkan untuk mengalami
perubahan perilaku, oleh sebab itu mereka harus diberi kebebasan dalam
menentukan kearah mana masa depannya. Kemunculan perubahan perilaku pada siswa
diharapkan muncul secara sadar dan dari mereka sendiri (Instrinsik), bukan
karena keterpaksaan atau tekanan dari pihak luar (ekstrinsik).
Untuk
mencapai tujuan pendidikan diatas seorang guru harus adil dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Seorang guru harus memberikan layanan pada setiap anak
didiknya sesuai dengan apa yang diinginkan mereka, dan disini seorang guru
hanya memiliki tugas untuk menuntun peserta didik untuk mencapai kebahagian
siswa.Tentunya seorang guru harus dapat memilih metode dan strategi yang tepat
agar semua siswa dapat terlayani dengan baik untuk mencapai perubahann perilaku
yang sesuai yang diinginkan di undang Undang di atas.
Dari
hal diatas ini perlu kita kaji terkait dengan Pentingnya Pembelajaran
berdiferensiasi pada era saat ini. Kita akan mempelajari apa itu pembelajaran
berdiferensiasi dan bagaimana cara melakukan pembelajaran berdiferensiasi.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk
memahami pembelajaran berdiferensiasi dan pelaksanaan di kelas.
2. Dapat
memahami dan menjelaskan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan
belajar murid
3. Untuk
Mengetahui pembelajaran Berdiferensiasi dapat membantu mencapai hasil belajar
yang optimal.
4. Untuk
mengetahui kaitannya pembelajaran berdiferensisi dengan materi yang ada di
modul 1 guru penggerak.
C.
Rumusan
Masalah
Dari tujuan yang ingin dicapai kita
dapat menyusun rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi dan pelaksanaan di Kelas?
2. Dapatkah
pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid?
3. Apakah
pembelajaran berdiferensisai dapat behasil untuk mencapai hasil belajar yang optimal?
4. Apakah
kaitannya pembelajaran berdiferensiasi dengan materi di modul 1 guru penggerak?
D.
Pembahasan
1. Pembelajaran
Berdiferensiasi
1.1 Pengertian
Pembelajaran
Berdiferensiasi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi
adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu setiap murid.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait
dengan:
1)
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan
belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di
kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang
prosesnya.
2)
Kurikulum yang memiliki tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru
yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
3)
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang
didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat
menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang
sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
4)
Bagaimana guru menanggapi atau merespon
kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah
ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan
serta penilaian yang berbeda.
5)
Manajemen kelas yang
efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan
yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Dalam Tomlinson
(2001:1), pada pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan
untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang
mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah
menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih
konten, memproses suatu de dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga
murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif.
1.2 Pemetaan Kebutuhan
Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How
to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan
bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan
3 aspek.
Ketiga
aspek tersebut adalah:
1)
Kesiapan belajar (readiness)
murid. Jika tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki
sebelumnya. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan
lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat
menguasai materi baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan
belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran
berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar,
menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan
menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan
menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas. Tombol-tombol dalam
equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Berikut akan dibahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum
tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan
oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
a.
Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu
bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan
informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk
memahami ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide
secara langsung. Jika murid berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi
yang mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar
dan disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman
yang kuat. Di lain waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah
mereka pahami atau berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan
informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana
ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru.
Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
b.
Konkret - Abstrak
Di
lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan
melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau
sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
c.
Sederhana - Kompleks
Beberapa
murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi
pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi.
d.
Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang
murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di
mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di
waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
e.
Tergantung (dependent) - Mandiri
(Independent)
Walaupun
pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir
dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan,
mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain.
Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih
awal daripada yang lain.
f.
Lambat - Cepat
Beberapa
murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu
bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang.
Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak
waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.
Perlu
diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas
(IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau
pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan
kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk
memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan
murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook,
2013: 29).
Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readines
Tujuan Pembelajaran: murid dapat Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun datar
Tabel 2. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (Readiness) |
Murid
telah memahami konsep
keliling; dapat melakukan operasi hitung perkalian dasar. |
Murid
telah memahami konsep keliling
namun belum lancar dalam melakukan operasi hitung perkalian dasar. |
Murid
belum memahami konsep keliling. |
Nama murid |
Susi Rini |
Rudi Ali |
Aep Anisa |
|
Iwan Najib Rina |
Yanti Lolly
Robert |
Lutfi Seli Wawan |
Proses |
Murid
diminta mengerjakan soal-soal tantangan yang mengaplikasikan konsep keliling dalam kehidupan sehari-hari. murid
akan diminta untuk
bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing. |
Murid menggunakan bantuan benda- benda konkret untuk menghitung keliling bangun datar (misalnya menggunakan stik es krim). Jika mengalami kesulitan,
murid diminta menerapkan strategi “3 before
me” (bertanya kepada
3 teman sebelum bertanya langsung pada guru). Guru akan sesekali datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi. |
Murid
akan mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang
konsep keliling. Guru akan memberikan scaffolding dalam proses ini. |
Dalam contoh
di atas, guru mendiferensiasi pembelajaran dengan mempertimbangkan kesiapan belajar murid. |
2) Minat murid. Jika
tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid
(minat).
Kita tahu bahwa seperti
juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minat
nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak,
dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk
dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.
Tomlinson (2001)
menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran
memiliki tujuan diantaranya:
·
Membantu murid menyadari
bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
·
Menunjukkan
keterhubungan antara semua pembelajaran;
·
Menggunakan
keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk
mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka,
dan;
·
Meningkatkan
motivasi murid untuk belajar.
Sepanjang tahun, murid
yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk
membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada
pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi,
diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.
Ide Minat Murid
Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan minat diantaranya misalnya:
·
Meminta murid untuk memilih apakah mereka
ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan
atau menari.
·
Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran
kooperatif.
·
Menggunakan strategi investigasi kelompok
berdasarkan minat.
·
Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”.
Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan
dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
·
Membuat model.
Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar
Berdasarkan Minat
Tujuan Pembelajaran:
murid dapat membuat tulisanberbentuk prosedur.
·
Tabel 1. Pemetaan Kebutuhan
Belajar Berdasarkan Minat
·
Minat |
Olahraga |
Kesenian (Prakarya) |
Sains |
Nama murid |
Rudi Ali Iwan Najib
Rina |
Susi Rini Lolly Wawan Robert |
Aep Anisa
Lutfi Seli Yanti |
Produk |
Membuat tulisan prosedur tentang bagaimana cara menggiring bola dalam permainan sepak
bola. |
Membuat tulisan prosedur tentang bagaimana cara membuat
rumah-rumahan dari stik es
krim. |
Membuat tulisan
prosedur tentang bagaimana cara membuat rangkaian listrik
paralel dan seri. |
Dalam contoh
di atas, guru mendiferensiasi pembelajaran dengan mempertimbangkan perbedaan minat murid. |
3)
Profil belajar murid. Jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor,
seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya.
Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut
Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan
yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir,
kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
Tujuan
dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk
memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita
sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar
sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat
bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001),
ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan:
ü Lingkungan:
suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
ü Pengaruh
Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
ü Visual:
belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik
organisator).
ü Auditori:
belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
ü Kinestetik:
belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands
on, dsb).
Contoh Pemetaan Kebutuhan
Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid Tujuan Pembelajaran: murid dapat
mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang
habitat makhluk hidup.
Tabel 3. Pemetaan Kebutuhan
Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid
ü
Profil Belajar murid |
Visual |
Auditori |
Kinestetik |
Nama murid |
Rudi Ali |
Susi Rini |
Aep Anisa |
|
Iwan Najib Rina |
Lolly Wawan
Robert |
Lutfi Seli
Yanti |
Produk |
Murid diperbolehkan memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang
habitat makhluk hidup.
Boleh dalam bentuk
gambar, rekaman wawancara maupun performance. |
||
Proses |
Saat menjelaskan guru menggunakan banyak
gambar atau alat bantu visual. |
Guru
juga menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengakses sumber belajar yang dapat didengarkan murid secara lisan. |
Guru membuat
beberapa sudut belajar atau display yang ditempel
di tempat-tempat berbeda
untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi. |
Dalam contoh
di atas, guru mendiferensiasi pembelajaran dengan mempertimbangkan perbedaan gaya belajar. |
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, maka kita dapat menarik kesimpulan
bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran
murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar
murid
1.3 Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Ada 3 Strategi dalam
Pembelajaran Berdiferensiasi
1)
Pembelajaran Berdiferensiasi Konten ( Komponen Isi)
a)
Menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan.
b)
Menyediakan bahan ajar pada kaset.
c)
Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan
siswa.
d)
Mempresentasikan ide melalui sarana pendengaran dan penglihatan.
e)
Menggunakan tema bacaan.
f)
Menggunakan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau
keterampilan pada siswa yangmengalami kesulitan, serta memperluas pemikiran
atauketerampilan peserta didik yang sudah
2)
Pembelajaran Berdiferensiasi Proses
a) Menggunakan kegiatan
berjenjang, semua siswa bekerja dengan pemahaman dan keterampilan yang sama,
serta melanjutkan dengan berbagai tingkat dukungan,tantangan, dan kompleksitas.
b) Menyediakan pusat
minat yang mendorong siswa mengeksplorasi diri.
c) Mengembangkan agenda
pribadi (daftar tugas yang ditulis oleh guru) yang harus diselesaikan selama
waktu yang ditentukan.
d) Menawarkan dukungan
langsung lainnya bagi siswa yang membutuhkan.
e) Memvariasikan waktu
yang disedian pada siswa untuk menyelesaikan tugasnya
3)
Pembelajaran Berdiferensiasi Produk
a) Memberi siswa pilihan
cara mengekspresikan kebutuhan pembelajaran (seperti membuat pertunjukan
boneka, membuat video, rekaman, menulis surat, atau membuat puisi).
b) Menggunakan rubrik
yang cocok dan memperluas keberagaman tingkat keterampilan siswa.
c) Membolehkan siswa
bekerja sendiri atau berkelompok kecil untuk menuntaskan tugas.
d) Mendorong siswa untuk
membuat tugas mereka sendiri.
2.
Pembelajaran Berdiferensiasi dapat memenuhi
Kebutuhan belajar Murid
2.1 Pembelajaran
berdiferensiasi dan pemenuhan kebutuhan murid.
Murid dengan minat yang berbeda dengan gaya
belajar yang berbeda serta dengan kemampuan yang berbeda akan dapat dengan
nyaman belajar sesuai dengan posisi mereka. Sehingga kebutuhan yang mereka
inginkan akan terpenuhi yang tentunya ketika rasa nyaman dan senang mengikuti
proses pembelajaran terjadi . hal ini akan berkorelasi positif terhadap hasil
belajarnya ( diperoleh hasil belajar optimal).
Pada pelaksanaan model berdiferensiasi ini
diperlukan pemahaman akan teori pembelajaran yang matang, kreatifitas guru
dalam merancang aktivitas yang bisa mengakomodasi keberagaman siswa di kelas
sekaligus bagi anak berkebutuhan khusus, pantang menyerah, serta keteladanan
guru bersikap dan bagaimana cara berkomunikasi terhadap siswa-siswa di kelas.
Model pembelajaran ini bisa dilakukan dengan baik. Guru bisa mengatur kelompok
independent dengan beberapa siswa yang masih pada tahap instructional (perlu
bimbingan), sehingga teman yang sudah mandiri akan membantu teman yang
memerlukan bimbingan. Guru bisa berfokus pada siswa yang masih memerlukan
penjelasan ulang. Pengaturan kelas yang tepat akan mendorong keberhasilan dalam
penyampaian materi dan guru terbantu dengan adanya kerjasama antarsiswa
tersebut. Pada pelaksanaannya, guru tutor teman sebaya sangatlah diperlukan
untuk membantu keberhasilan pembelajaran di kelas.
Pada penerapan model berdiferensiasi ini,
bahwa ternyata semua tingkat pemahaman siswa bisa saling belajar bersama dan
berpartisipasi aktif. Dalam hasil penelitian, murid yang sangat jauh kemampuan
dari siswa lainnya bisa dibimbing dan diarahkan oleh temannya, sehingga akan
mewujudkan sikap saling menghargai dan membantu satu sama lainnya.
Model pembelajaran berdiferensiasi ini
menunjukkan bahwa guru sebenarnya bisa melakukan kegiatan pembelajaran dengan
mandiri jika memang tidak ada guru khusus dalam sekolah tersebut. Guru tetap
bisa memberikan akomodasi dari keberagaman siswa baik pada kesiapan,
ketertarikan dan gaya belajar. Dalam pelaksanaannya perlu adanya pelatihan bagi
guru-guru bagaimana cara mengajar di kelas, sehingga semua kebutuhan siswa
terakomodasi.
Model pembelajaran berdiferensiasi ini telah
berdampak meningkatkan inklusifitas di kelas karena dapat meningkatkan adanya
sikap saling kerjasama, berpartisipasi, saling membantu dan menghargai satu
dengan lainnya. Selain itu motivasi siswa meningkat dengan diberikan aktivitas
sesuai dengan ketertarikan mereka. Serta hasil pemahaman siswa juga meningkat
dari tingkat sebelumnya.
2.2 Alasan Mengapa
Pembelajaran Berdiferensiasi dapat berhasil ( Ini adalah terjemahan bebas dari
artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/)
Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferentiated
Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu
DI — dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa
mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda.
1.
Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif.
Dalam kelas, guru akan berasumsi bahwa murid yang berbeda
memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran
yang menyediakan berbagai cara untuk "mencapai" dan mengekspresikan
pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa
murid, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan
memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman
belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi
yang efektif biasanya dirancang agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang
beragam murid di kelas.
2.
Pembelajaran
Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.
Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi
pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk
dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan
murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat
dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya
satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika
hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara
murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan
ditambah dengan soal-soal cerita.
Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak
masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan
tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi
untuk murid yang memang kesulitan.
Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu
keterampilan matematika akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang
lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada
mengubah sifat tugas.
3.
Pembelajaran
Berdiferensiasi berakar pada penilaian.
Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus
sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal
murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi
kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk
terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap
muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan
merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid
memaksimalkan potensi dan bakatnya.
Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi
didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa
yang mendapatkannya." Pra- penilaian diagnostik secara rutin akan
dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai
tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan
kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik
tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian
"akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan
untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil
belajarnya selama unit tersebut berlangsung.
4.
Pembelajaran
Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan
produk.
Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga
elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses —
bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran,
atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan
berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya,
dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari
pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong
pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik
untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
5.
Pembelajaran
berdiferensiasi berpusat pada murid.
Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa
pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil
mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari
premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama
untuk belajar yang sama mengundang, relevan, dan menariknya. Lebih lanjut,
pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan,
dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar
yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran
di kelas-kelas yang memiliki keragaman secara akademis berusaha untuk
memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid
mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang
bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain.
6.
Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok
dan individual.
Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang
efektif dan efisien. Ini berguna untuk membangun pemahaman bersama, misalnya,
dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama yang dapat membangun
rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang
dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian
diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi individu atau kelompok kecil,
ekstensi, dan produksi.
7.
Pembelajaran
berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.
Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi.
murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang
materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid
mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk
memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau
kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat
penyesuaian sebagaimana diperlukan.
Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse
Classrooms, 3rd Edition, oleh
Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta
terdaftar.
3.
Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam kaitannya
Dengan materi di Modul 1
Dalam materi di modul 1 terdapat empat materi yaitu:
1.1 Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
1.2 Nilai Nilai dan Peran Guru Penggerak
1.3 Visi Guru Penggerak
1.4 Budaya Positif Sekolah
Menurut Ki Hajar Dewantara, guru
diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya
adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu
berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk
merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang
petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang
berbeda tadi sampai semuanya berbuah.
Begitu juga kita sebagai guru harus
jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada yang lambat, sedang, dan
cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang
suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik.
Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran. Dari hal diatas napak sekali
keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan filosofi pembelajaran
menurut Ki Hajar Dewantara.
Guru sebagai actor utama dalam pembelajaran tentunnya harus
mempunyai nilai nilai yang penting untuk menjalankan pembelajaran. Terlebih
lagi seorang guru pada pembelajaran berdiferensiasi dibutuhkan nilai nilai
yaitu: Mandiri,
Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
Semua
nilai itu harus dimiliki oleh seorang guru untuk dapat melaksanakan
pembelajaran yang mementingkan kebutuhan murid secara individu.
Dari
hal ini Nampak jelas keterkaitan pembelajaran berdiferensiasi dengan nilai yang
harus dimiliki seorang guru.
Adapun peran dari guru penggerak adalah: Pemimpin
Pembelajaran, Menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi guru lain,
mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Dari
peranna ini sangatlah diperlukan dalam kita menjalankan pembelajaran
berdiferensiasi. Kita butuh kolaborasi, kita membutuhkan komunitas praktisi
yang mendukung, kita membutuhkan kepemimpinan murid dan kita sebagai pemimpin
pembelajaran sangat diperlukan dalam
melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Pada intinya kita perlu dukungan
dari semua pihak untuk menjalankan pembelajaran berdiferensiasi.
Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu
dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta
kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah
visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis
sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Melangkah sedikit demi
sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus
berhenti. Itulah sejatinya GURU PENGGERAK.
Dan juga dalam melaksanakan
pembelajaran berdiferensiasi kita harus konsisten dan ajeg serta menjadi budaya
yang positif pada siswa untuk belajar sepanjang hayat. Sehingga budaya positif
sangatlah mendukung pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yaitu agar
pelaksanaan p[embelajaran berjalan secara kontinyu dan menjadi budaya setiap
anak.
E. Penutup
Demikian artikel kami tentang pentingnya
pembelajaran berdiferensiasi, semoga bermanfaat dan memiliki nilai guna pada
kita semua khususnya pada pembaca dan saya pribadi. Tentunya kritik dan saran
sangat kami tunggu untuk kebaikan kita bersama dalam memajukan Pendidikan
Nasional di Negara kita tercinta INDONESIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar