Menerapkan Budaya Positif pada Siswa prediksi Lulus 2 tahun
di SMAN 1 Kepanjen
Oleh: Sujianto, S.Pd
(Guru SMAN 1 Kepanjen. CGP angkatan 2 kabupaten Malang)
Pengertian Siswa
Prediksi Lulus 2 tahun
Di
SMAN 1 Kepanjen dalam pembelajaran menerapkan Sistem Kredit Semester ( SKS).
Dalam system SKS ini siswa bisa memilih menyelesaikan belajarnya di tingkat SMA
ada 3 yaitu: Lulus 3 tahun, lulus 2 tahun, dan lulus 4 tahun. Untuk di sekolah
kita yang lulus 4 tahun tidak dibuka mengingat input dan motivasi siswa yang
baik. Sehingga di sekolah ini hanya ada
2 yaitu lulus 3 tahun atau lulus 2 tahun.
Untuk
menentukan siswa yang prediksi lulus 2 tahun ini dilakukan dengan cara siswa
mendaftarkan sendiri setelah mereka merasakan pendidikan di SMA ini minimal 2
bulan. Dan selanjutnya kita sesuaikan dengan kuota yang ada dan kemampuan yang
mereka miliki apakah layak ataukah tidak. Selanjutnya kita berkomunikasi dengan
orang tua apakah mendukung ataukah tidak. Setelah itu semua barulah ditetapkan
siswa yang prediksi lulus 2 tahun.
Untuk
tahun ajaran 2020/2021 siswa yang mengikuti prediksi lulus 2 tahun sebagai
berikut: Jurusan Bahasa 2 siswa, Jurusan MIPA : 11 siswa dan jurusan IPS : 3
Siswa.
Langkah-langkah dalam
menyusun kesepakatan kelas secara runut dan jelas
Kesepakatan kelas
adalah suatu langkah awal dalam penerapan budaya positif yang harus dilakukan
oleh guru dan murid agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Kegiatan dalam pembuatan kelas ini merupakan gambaran awal
seorang guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid atau seorang guru
menghamba pada murid.
Adapun Langkah penyusunan
kesepakatan kelas yaitu:
1. Guru menyampaikan apa
itu kesepakatan kelas dan apa manfaatnya.
2. Guru menyampaikan
rencana program secara umum tentang pembagian waktu tiap semester, skenario
pembelajaran dan tujuan akhir dari program ini. Pada kegiatan ini juga
meningingatkan kembali bahwa keingingan lulus dua tahun ini adalah pilihan
mereka sendiri bukan paksaan orang tua, guru atau pihak yang lain.
3. Siswa berdiskusi untuk
mengatur waktu sendiri untuk menuntaskan materi pembelajaran sesuai yang mereka
kehendaki dan tidak keluar dari rencana program. Hal ini dilakukan agar siswa
sadar dan bebas berpikir secara dewasa mengambil keputusan memilih lulus dua
tahun dan menentukan sendiri pembelajarannya. Dalam diskusi ini akhirnya muncul kesepakatan bersama mereka
antara lain: menyelesaikan materi yang belum tuntas untuk semester 3 diselesaikan
dalam 1 minggu ini dan mereka mengkomunikasikan dengan guru pengajar, kompak
dalam komunitas mereka dan saling bantu apabila ada kesulitan, menyelesaikan
nilai yang belum mencapai ketuntasan sesuai standar anak prediksi lulus 2
tahun, mereka sepakat pro aktif untuk penyelesaian pembelajaran
4. Guru menayakan pada
mereka apakah sudah dimiliki hal hal yang harus dijadikan kesepakatan.
Dilanjutkan ditulis di papan tulis ide ide untuk kesepakatan tadi.
5. Siswa menjadikan ide
ide tadi untuk menjadi suatu kesepakatan kelas. Dlam hal ini kita senagai guru
hanya mengikuti mereka untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab mereka
sendiri. Kebebasan berpikir ini juga merupakan tahap mereka mendapatkan
kemerdekaan dalam belajar.
6. Guru membacakan
kembali hasil kesepakatan. Dalam hal ini kita sampaikan motivasi kepada mereka
akan pentingnya mentaati apa yang sudah dijadikan keputusan. Dan selanjutnya
kita menunggu aksi mereka.
Tindakan yang
dilakukan oleh guru
Mempersilahkan setiap murid untuk mengusulkan kesepakatan kelas.
Mempersilahkan mereka untuk berdiskusi dalam memunculkan ide ide. Usulan dari
setiap murid diinventarisir untuk dibahas dan diambil sebagai kesepakatan
kelas.
Guru mendengarkan apa yang disampaikan murid. Guru
bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya kegiatan diskusi
kesepakatan kelas. Semua usulan kesepakatan kelas sebagai budaya positif di
sekolah, diambil secara bersama-sama oleh murid dan guru. Jadi tidak ada
paksaan ataupun tekanan dari guru. Kesepakatan kelas dibuat dan berlaku selama
murid masih di kelas tersebut. Guru Dalam pelaksanaannya perlu konsisten memantau
perjalanan kesepakatan kelas.
Percakapan Guru
terhadap murid dalam kesepakatan kelas
Guru menyampaikan kepada murid bahwasanya kesepakatan kelas
sangat penting. Kesepakatan kelas berasal dari murid, oleh murid dan untuk
murid.
Memperhatikan sudut pandang murid, sesuai dengan latar belakang
murid di kelaas. Makanya dalam membuat kesepakatan kelas harus bisa
dilaksanakan dengan tanggungjawab dan sepenuh hati.
Kita sampaikan tidak ada hukuman dalam pelaksanaan kesepakatan
kelas dan tidak juga ada hadiah yang diberikan karena hapy ending dari
kesepakatan kelas ini adalah mereka lulus 2 tahun dengan nyaman, aman dan
menyenangkan. Tidak ada ancaman terhadap hasil belajar, namun semua diharapkan
dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan ini sudah menjadi pilihan mereka
sendiri bukan paksaan. Karena jika tidak bisa dilaksanakan dengan baik,
konsekunesinya murid yang akan merasakan juga. Menumbuhkan motivasi Intrinsik
adalah tujuan utama dalam membuat kesepakatan kelas.
Respon Murid dalam
kesepakatan kelas
Murid merespon dengan baik kesepakatan kelas yang akan dibuat
dan dilaksanakan. Murid merasa nyaman, aman, merdeka dan bahagia, karena tidak
ada pakasaan kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, maupun kekerasan dalam
bentuk verbal pada kegiatan pembelajaran. hal ini karena kesepakatan kelas
dibuat sesuai dengan kondisi murid di kelas ini dengan melibatkan murid dalam menyusun kesepakatan
kelas.
Keberhasilan dan
Tantangan
Keberhasilan dengan adanya kesepakatan kelas meliputi,
a.
siswa menjadi lebih disiplin
dalam menyelesaikan belajarnya.
b.
Siswa merasakan bertanggung
jawab pada diri mereka sendiri dan orang tua atas pilihan mereka untuk lulus 2
tahun.
c.
Siswa bisa mengatur waktunya
sendiri untuk belajar dan menuntaskannya.
d.
Siswa bisa membuat planning
pengaturan waktu untuk mereka sendiri.
e.
Siswa bisa melatih sikap
social pada teman, guru dan lainnya.
f.
Siswa menjadi kreatif dalam
menyelesaikan pembelajarannya.
g.
Siswa dapat berinovasi dalam
pelaksanaan pembelajaran karena ada daring juga ada luring.
Tantangan
yang dihadapi dengan adanya kesepakatan
kelas
a. Siswa mampu atau tidak untuk mengatur waktu untuk penyelesaian
pembelajaran.
b. Siswa harus menyelesaikan tugas dan maetri yang banyak dalam
waktu yang pendek.
c. Dapatkah mereka menjalankan kewajiban spiritual sikap spiritual
mereka dengan adanya tugas yang banyak.
d. Berrkomunikasi dan berkolaborasi dengan guru yang secara
bersamaan.
e. Karakter murid yang berbeda beda, apakah mereka bisa bertanggung
jawab.
f.
Apabila ada siswa yang tidak
mampu melaksanakan atau setelah menjalankan merasa berat untuk melanjutkan. Hal
ini dapat terjadi karena murid memiliki kapasitas dan kodrat masing masing.
Dokumentasi kegiatan
Hasil kesepakatan
yang telah diperoleh.
Pelaksanaan hasil kesepakatan dengan penelusuran mata pelajaran yang belum selesai.
Invetarisasi
ide yang akhirnya dijadikan suatu kesepakatan
Dukungan
dari teman sejawat untuk pelaksanaan hasil kesepakatan
Siswa yang mengalami kendala atau permasalahan dengan inisitif sendiri
menemui kita untuk berdiskusi mencari solusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar