Kamis, 24 Juni 2021

BUDAYA POSITIF

 

Menerapkan Budaya Positif pada Siswa prediksi Lulus 2 tahun di SMAN 1 Kepanjen

Oleh: Sujianto, S.Pd (Guru SMAN 1 Kepanjen. CGP angkatan 2 kabupaten Malang)

Pengertian Siswa Prediksi Lulus 2 tahun

Di SMAN 1 Kepanjen dalam pembelajaran menerapkan Sistem Kredit Semester ( SKS). Dalam system SKS ini siswa bisa memilih menyelesaikan belajarnya di tingkat SMA ada 3 yaitu: Lulus 3 tahun, lulus 2 tahun, dan lulus 4 tahun. Untuk di sekolah kita yang lulus 4 tahun tidak dibuka mengingat input dan motivasi siswa yang baik. Sehingga di sekolah ini  hanya ada 2 yaitu lulus 3 tahun atau lulus 2 tahun.

Untuk menentukan siswa yang prediksi lulus 2 tahun ini dilakukan dengan cara siswa mendaftarkan sendiri setelah mereka merasakan pendidikan di SMA ini minimal 2 bulan. Dan selanjutnya kita sesuaikan dengan kuota yang ada dan kemampuan yang mereka miliki apakah layak ataukah tidak. Selanjutnya kita berkomunikasi dengan orang tua apakah mendukung ataukah tidak. Setelah itu semua barulah ditetapkan siswa yang prediksi lulus 2 tahun.

Untuk tahun ajaran 2020/2021 siswa yang mengikuti prediksi lulus 2 tahun sebagai berikut: Jurusan Bahasa 2 siswa, Jurusan MIPA : 11 siswa dan jurusan IPS : 3 Siswa.

Langkah-langkah dalam menyusun kesepakatan kelas secara runut dan jelas 

Kesepakatan kelas adalah suatu langkah awal dalam penerapan budaya positif yang harus dilakukan oleh guru dan murid agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kegiatan dalam pembuatan kelas ini merupakan gambaran awal seorang guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid atau seorang guru menghamba pada murid.

Adapun Langkah penyusunan kesepakatan kelas yaitu:

1.   Guru menyampaikan apa itu kesepakatan kelas dan apa manfaatnya.

2. Guru menyampaikan rencana program secara umum tentang pembagian waktu tiap semester, skenario pembelajaran dan tujuan akhir dari program ini. Pada kegiatan ini juga meningingatkan kembali bahwa keingingan lulus dua tahun ini adalah pilihan mereka sendiri bukan paksaan orang tua, guru atau pihak yang lain.

3. Siswa berdiskusi untuk mengatur waktu sendiri untuk menuntaskan materi pembelajaran sesuai yang mereka kehendaki dan tidak keluar dari rencana program. Hal ini dilakukan agar siswa sadar dan bebas berpikir secara dewasa mengambil keputusan memilih lulus dua tahun dan menentukan sendiri pembelajarannya. Dalam diskusi ini  akhirnya muncul kesepakatan bersama mereka antara lain: menyelesaikan materi yang belum tuntas untuk semester 3 diselesaikan dalam 1 minggu ini dan mereka mengkomunikasikan dengan guru pengajar, kompak dalam komunitas mereka dan saling bantu apabila ada kesulitan, menyelesaikan nilai yang belum mencapai ketuntasan sesuai standar anak prediksi lulus 2 tahun, mereka sepakat pro aktif untuk penyelesaian pembelajaran

4.   Guru menayakan pada mereka apakah sudah dimiliki hal hal yang harus dijadikan kesepakatan. Dilanjutkan ditulis di papan tulis ide ide untuk kesepakatan tadi.

5.   Siswa menjadikan ide ide tadi untuk menjadi suatu kesepakatan kelas. Dlam hal ini kita senagai guru hanya mengikuti mereka untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab mereka sendiri. Kebebasan berpikir ini juga merupakan tahap mereka mendapatkan kemerdekaan dalam belajar.

6.   Guru membacakan kembali hasil kesepakatan. Dalam hal ini kita sampaikan motivasi kepada mereka akan pentingnya mentaati apa yang sudah dijadikan keputusan. Dan selanjutnya kita menunggu aksi mereka.

 

Tindakan yang dilakukan oleh guru

Mempersilahkan setiap murid untuk mengusulkan kesepakatan kelas. Mempersilahkan mereka untuk berdiskusi dalam memunculkan ide ide. Usulan dari setiap murid diinventarisir untuk dibahas dan diambil sebagai kesepakatan kelas.

Guru mendengarkan apa yang disampaikan murid. Guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya kegiatan diskusi kesepakatan kelas. Semua usulan kesepakatan kelas sebagai budaya positif di sekolah, diambil secara bersama-sama oleh murid dan guru. Jadi tidak ada paksaan ataupun tekanan dari guru. Kesepakatan kelas dibuat dan berlaku selama murid masih di kelas tersebut. Guru Dalam pelaksanaannya perlu konsisten memantau perjalanan kesepakatan kelas. 

 

Percakapan Guru terhadap murid dalam kesepakatan kelas

Guru menyampaikan kepada murid bahwasanya kesepakatan kelas sangat penting. Kesepakatan kelas berasal dari murid, oleh murid dan untuk murid.

Memperhatikan sudut pandang murid, sesuai dengan latar belakang murid di kelaas. Makanya dalam membuat kesepakatan kelas harus bisa dilaksanakan dengan tanggungjawab dan sepenuh hati.

Kita sampaikan tidak ada hukuman dalam pelaksanaan kesepakatan kelas dan tidak juga ada hadiah yang diberikan karena hapy ending dari kesepakatan kelas ini adalah mereka lulus 2 tahun dengan nyaman, aman dan menyenangkan. Tidak ada ancaman terhadap hasil belajar, namun semua diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan ini sudah menjadi pilihan mereka sendiri bukan paksaan. Karena jika tidak bisa dilaksanakan dengan baik, konsekunesinya murid yang akan merasakan juga. Menumbuhkan motivasi Intrinsik adalah tujuan utama dalam membuat kesepakatan kelas.

 

Respon Murid dalam kesepakatan kelas

Murid merespon dengan baik kesepakatan kelas yang akan dibuat dan dilaksanakan. Murid merasa nyaman, aman, merdeka dan bahagia, karena tidak ada pakasaan kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, maupun kekerasan dalam bentuk verbal pada kegiatan pembelajaran. hal ini karena kesepakatan kelas dibuat sesuai dengan kondisi murid di kelas ini dengan  melibatkan murid dalam menyusun kesepakatan kelas.

 

Keberhasilan dan Tantangan

Keberhasilan dengan adanya kesepakatan kelas meliputi,

a.    siswa menjadi lebih disiplin dalam menyelesaikan belajarnya.

b.    Siswa merasakan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri dan orang tua atas pilihan mereka untuk lulus 2 tahun.

c.    Siswa bisa mengatur waktunya sendiri untuk belajar dan menuntaskannya.

d.    Siswa bisa membuat planning pengaturan waktu untuk mereka sendiri.

e.    Siswa bisa melatih sikap social pada teman, guru dan lainnya.

f.     Siswa menjadi kreatif dalam menyelesaikan pembelajarannya.

g.    Siswa dapat berinovasi dalam pelaksanaan pembelajaran karena ada daring juga ada luring.

 

Tantangan yang dihadapi  dengan adanya kesepakatan kelas

a.    Siswa mampu atau tidak untuk mengatur waktu untuk penyelesaian pembelajaran.

b.    Siswa harus menyelesaikan tugas dan maetri yang banyak dalam waktu yang pendek.

c.    Dapatkah mereka menjalankan kewajiban spiritual sikap spiritual mereka dengan adanya tugas yang banyak.

d.    Berrkomunikasi dan berkolaborasi dengan guru yang secara bersamaan.

e.    Karakter murid yang berbeda beda, apakah mereka bisa bertanggung jawab.

f.     Apabila ada siswa yang tidak mampu melaksanakan atau setelah menjalankan merasa berat untuk melanjutkan. Hal ini dapat terjadi karena murid memiliki kapasitas dan kodrat masing masing.

 

Dokumentasi kegiatan


Pelaksanaan Pengarahan awal pada Penentuan kesepakatan


 


Hasil kesepakatan yang telah diperoleh.


                     Pelaksanaan hasil kesepakatan dengan penelusuran mata pelajaran yang belum selesai.




Invetarisasi ide yang akhirnya dijadikan suatu kesepakatan

 



Dukungan dari teman sejawat untuk pelaksanaan hasil kesepakatan




Konsultasi dari siswa yang mengalami hambatan atau permasalahan pada pelaksanaan kesepakatan




Siswa yang mengalami kendala atau permasalahan dengan inisitif sendiri menemui kita untuk berdiskusi mencari solusi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi nyata Modul 3.3

  AKSI NYATA MODUL 3.3   PENGELOLAAN PROGRAM  YANG BERDAMPAK PADA MURID Oleh :  Sujianto, S.Pd Guru Matematika SMAN 1 Kepanjen       C...