Aksi Nyata:
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Aksi
Nyata
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pada Kurikulum di SMA Negeri 1 Kepanjen
Pada Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
Terbatas
oleh:
Sujianto, S.Pd
Calon
Guru Penggerak - Angkatan 2
Kabupaten
Malang
2021
A. Latar Belakang
Dalam suatu lembaga pendidikan,
kurikulum merupakan hal utama yang harus diperhatikan karena pelaksanaan
pembelajaran dalam lembaga tersebut duikendalikan oleh kurikulum. Dalam
pelaksanaan pembelajaran tentunya banyak terkait dengan masalah masalah atau
problem. Dan masalah masalah tersebut dituntut ada suatu solusinya atau
penyelesaian. Permasalaan yang ada tentunya ada yang merupakan bujukan moral
atau suatu dilemma. Dari hal ini tentunya penting bagi kita untuk mempelajari
permasalahan permasalahan yang ada agar kalau kita menjadi pemimpin
pembelajaran dapat memiliki pengalaman dan gambaran solusi permasalahan.
Hal
lain yang menjadikan kurikulum sebagai objek dalam pengambilan tugas ini yang
terkait dengan pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dikarenakan
kita mendapat tugas tambahan selain jadi guru juga masuk dalam staff waka
kurikulum. Tentunya kita menjadi terlibat langsung dengan permasalahan yang
ada.
B.
Tujuan
Tujuan dari penulisan artikel ini senagai berikut:
1. Dapat mengetahui sejauh mana penerapan
materi modul 3.1 dapat terealisasi pada lembaga .
2. Dapat mengetahui sejauh mana
permasalahan sosialisasi materi pada teman sejawat.
3. Dapat mengetahui perkembangan cara
komunikasi dengan pimpinan dalam mempraktekkan
pengambilan keputusan.
4. Menambah pengalaman pembelajaran pada
guru dalam mengambil keputusan agar berpihak pada murid.
5. Menjadi contoh pembelajaran bagi kita
tentang cara pengambilan keputusan.
C. Permasalahan
Permasalahan
di kurikulum yang kita angkat disini yaitu: Bagaimana Pelaksanaan kegiatan PTM (Pembelajaran Tatap muka ) terbatas di
SMA Negeri 1 Kepanjen
D. Kajian Pustaka
Dalam pengambilan keputusan tentunya kita tidak terlepas dari
urutan langkah langkah agar keputusan
yang kita laksanakan ini dapat teruji dengan baik. Sebelum kita melakukan
langkah ini perlu kita sampaikan suatu kegiatan untuk mentransfer pengetahuan
kita tentang pengambilan keputusan. Tentunya penyampaiannya kita lakukan tidak
secara langsung melainkan pada saat proses diskusi pengambilan keputusan yaitu
dengan cara pada saat menyampaikan pendapat kita masukkan hal hal yang terkait
pengambilan keputusan. Adapun materi yang kita masukkan sebagai berikut:
1)
Dilema
Etika dan Bujukan Moral
Dalam mengambil keputusan suatu
permasalahan kita harus paham dan mengerti ini permasalahan bujukan moral atau
Dilema etika. Kita harus tahu pembeda dari keduanya ini.
a. Suatu
permasalahan dikategorikan bujukan moral jika kita dapat melihat pertentangan
dari realita atau kenyataan akar permasalahannya itu satu bernilai benar dan
satunya bernilai salah, kesalahan ini bisa dikaitkan dengan hukum atau tatanan
masyarakat atau norma masyarakat.
b. Suatu
Permasalahan dikategorikan Dilema Etika jika kita dihadapkan dari nilai nilai
yang saling bertentangan benar semua atau keduanya bernilai benar secara hukum
dan norma norma masyarakat
2)
Prinsip Prinsip
Pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking).
2. Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking). Prinsip yang dimaksud adalah bahwa keputusan
yang diambil berdasarkan peraturan yang diambil berdasarkan prinsip dan aturan-
aturan yang telah ditetapkan
3. Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking). Keputusan yang diambil dengan memikirkan "
apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda" dalam hal ini
mengajarkan kita untuk dapat memikirkan orang lain dan bersikap empati kepada
orang lain.
3)
Paradigma
Dalam pengambilan keputusan kita mengenal ada 4
yaitu;
a. Individu lawan masyarakat (individual vs community).
Dalam
paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan
sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.
Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain,
atau kelompok kecil melawan kelompok besar.
b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
Dalam
paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti
aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan
perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian
karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain
c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty).
Kejujuran
dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi
dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan
berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan
jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnya.
d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long
term).
Paradigma
ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara
yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan
datang.
4)
Konsep pengambilan dan Pengujian
Keputusan
Untuk
memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan
moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang
dapat Anda lakukan.
Anda dapat memilih
salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas
sebelumnya di modul ini untuk
Anda gunakan sebagai contoh.
1.
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah
yang sedang kita hadapi, alih-alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
Kedua, penting bagi kita untuk memastikan
bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah
yang berhubungan dengan sopan santun
dan norma sosial.
Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu
berlebihan, kita bisa terjebak
dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu
permisif, maka kita bisa menjadi
apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah
yang sedang kita hadapi.
2.
Menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi ini.
Bila
kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita
hadapi, pertanyaannya adalah dilema
siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau
permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
3.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
Proses
pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut,
bagaimana hal itu terkuak, apa yang
akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data
tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada
faktor-faktor pendorong dan penarik
yang mempengaruhi situasi
tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan
sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus
bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.Pengujian benar
atau salah
1.
Uji Legal
Pertanyaan
penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka
situasi yang ada bukanlah antara benar lawan
benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral).
Keputusan yang harus diambil
dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan
ini bukan keputusan yang
berhubungan dengan moral.
2.
Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila
situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya,
mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan
atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada
seorang wartawan yang harus melindungi
sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa
seorang calon pembeli potensial sebelumnya
telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan
kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
3.
Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan
perasaan dan intuisi
Anda dalam merasakan
apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini
sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun
mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah
ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama
benar.
4.
Uji Publikasi
Apa
yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap
merupakan ranah pribadi Anda
tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman
kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan
moral.
5.
Uji Panutan/Idola.
Dalam
langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu
Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada
ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah
orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat
berarti bagi Anda.
Yang
perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji
Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya
tentang konsekuensi tapi bertanya tentang
prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji
publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care- Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi
orang lain.
Bila
situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan
tersebut atau bahkan lebih dari
satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
E. Kegiatan Aksi nyata
a.
Pelaksanaan
Pembelajaran tatap muka terbatas.
Dari instruksi presiden dan
menteri Pendidikan dan kebudayaan sekolah yang berada pada PPKM level 3 ke
bawah boleh mengadakan kegiatan tatap muka. Dengan adanya intruksi ini dan daerah
kami berada pada level 3 dan menuju level 2 maka diadakan pembelajaran tatap
muka terbatas dengsn jumlsh murid 25%.
Dalam kegiatan PTM ini yang
terlibat dalam kegiatan yaitu: Guru, Kepala Sekolah, murid, aaaOrang tua,
Pengawas, dan satgas covid sekolah dan kecamatan.
Untuk pelaksanaan kegiatan
PTM ini dilakukan beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
Perencanaan
Pada kegiatan ini kita membuat perencanaan dengan membuat banyak
alternative yaitu:
1)
Siswa masuk satu
angkatan kelas misalnya kelas x semua,
kelas xi semua atau kelas xii semua.
2)
Siswa masuk sebagian
anak pada masing masing kelas dan hanya satu tingkatan, misalnya kelas X yang
masuk anak absen no 1 – 18 selanjutnya pada hari berikutnya masuk kelas
B dengan anak kelas dan tingkatan yang sama dengan jno absen 19 – 36 .
3)
Siswa masuk dua
tingkatan tetapi sebagian sebagian, misalnya yang masuk tingkat XI dan XII
tetapi jumlah muridnya sebagian dari kelas.
Koordinasi dan kolaborasi
Pada
kegiatan ini kita setelah membuat konsep rencana di atas dilanjutkan dengan
koordinasi dengan pimpinan di kurikulum yang melibatkan semua staff di
kurikulum yang diikuti oleh 4 orang. Yang dilanjutkan koordinasi dengan Kepala
sekolah dan akhirnya koordinasi dengan pelaksana penyelenggara PTM ( Perwakilan
Guru, Team Satgas Covid, Tenaga Administrasi yang diwakili KTU, Team tatib, tim
piket KBM dan tim UKS), selain itu juga ada koordiinasi dengan tim Satgas Covid
19 dari Kecamatan Kepanjen.
Koordinasi dengan Kepala sekolah dan staff Kurikulum
Koordinasi dengan Satgas Covid 19 dan tim UKS dan Tatib
Koordinasi
denagan Orang tua kelas X untuk persiapan PTM
Pelaksanaan
Setelah melewati diskusi dan koordinasi dengan pihak pihak
yang terkait maka dapat dihasilkan keputusan sebagai berikut:
1)
Pelaksanaan PTM diawali pada tanggal
6 September 2021
2)
Versi atau alternative yang
digunakan yaitu dilaksanakan yang satu
tingkat sebagian siswanya dan diuji coba untuk satu pecan selanjutnya
dievaluasi dan dilaksanakan tindak lanjut.
3)
Untuk tindak lanjut nantinya pada pecan
depannya apakah pada PTM berikutnya sudah 2 tingkat?
4)
Untuk kelas yang dilakukan PTM dulu
yaitu tingkat XII lalu dilanjutkan tingkat XI dan selanjutnya tingkat X.
5)
Untuk memudahkan prokes maka untuk
proses masuk digunakan satu pintu yaitu gerbang belakang.
Foto foto kegiatan pelaksanaan
Kegiatan apel pagi untuk persiapan PTM
Suasana
dalam Kelas saat berlangsung PTM
Monitoring Kegiatan
Pada kegiatan ini yang melakukan
monitor yaitu dari kita staff kurikulum, Waka kurikulum, kepala Sekolah dan
pengawas. Pada pelaksanaan kegiatan ini kita banyak mendapatkan masukan yang
cukup baik dari seluruh dewan guru untuk pelaksanaan kegiatan PTM.
Monitoring
yang dilakukan Pengawas Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Malang
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan pada
akhir pecan yang diikuti perwakilan dari penyelenggara diatas dan diwakili
perwakilan dari guru dan wali kelas.
Hasil evaluasi digunakan untuk
tindak lanjut dari kegiatan ini.
Adapun dari hasil evaluasi dapat
disimpulkan kegiatan tatap muka dapat ditingkatkan jumlahnya dengan menambah 1
tingkat lagi yaitu tiga tingkat masuk semua tetapi hanya sebagian siswa per
kelas.
b.
Perasaan
kita setelah melakukan kegiatan ini sangatlah puas dan senang. Hal ini dapat
kita rasakan karena telah lama kita tidak melakukan kegiatan PTM. Kita jupuas
dan senang dikarenakan kita dapat membantu proses berjalannya PTM atau kita
mempunyai peran, sehingga dapat diartikan kita mempunyai manfaat dan peran
penting dalam kelompok atau program
tersebut. Perasaan lan yang dapat kita rasakan yaitu senang kaena kita dapat
berkiprah pada pembelajaaran yang berpihak pada murid.
c.
Pembelajaran.
Pada kegiatan ini dapat
kita miliki pembelajaran yaitu:
1)
Dapat
berkolaborasi dengan pimpinan, teman sejawat, orang tua dan pengawas.
2)
Membuat
kegiatan tatp muka tidaklah semudah yang dibayangkan, karena harusmelihat
banyak sekali terkait pertimbangan yang tentunya tidak merugikan murid.
3)
Dalam
menyusun program kegiatan harus ditat mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, eavaluasi dan tindak lanjut
4)
Dalam
kurikulum merupakan hal yang sangat penting keberadaannya pada lembaga
pendidikan
5)
Dapat
menysun rencana PTM dan pelaporan
d.
Penerapan Ke depan.
Dengan kegiatan aksi nyata yaitu menyelesaikan permasalahan kurikulum tepatnya
pelaksanaan PTM dapat kita lakukan antara lain:
1)
Melakukan PTM dengan
mendekati pembelajaran yang biasa.
2)
Dari hasil evaluasi
kegiatan dapat kita lakukan untuk kegiatan PTM dapat dilakukan dengan jumlah
murid lebih besar lagi.
3)
Untuk kegiatan PTM
selanjutnya tidak perlu diapelkan tiap pagi dan mereka langsung pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar